Tampilkan postingan dengan label Kimia Dasar II. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kimia Dasar II. Tampilkan semua postingan
Jumat, 20 Januari 2012 1 komentar

Penentuan Besi dengan Titrasi Permanganometri

1. Tujuan Percobaan
· Mahasiswa diharapkan memahami prinsip titrasi permanganometri
· Mahasiswa dapat menentukan kadar besi dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri
2. Teori dasar
Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagi titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Analisa permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan.
Percobaan ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permenganometri yang didapat dikuliah, sehingga praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman mahasiswa.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.

Biji besi terutama adalah oksida atau oksida terhidrasi, taitu hematite (Fe2O3), magnetit (Fe2O3), geofit(Fe2O3.3hO)dan limonit (2Fe2O3.3H2O)juga terdapat karbonat FeCO3 (siderite), dan FeS2(pirit). Untuk analisa besi dalam mineral tersebut, besi harus dilarutkan dengan pelarut tertentu (asam). Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih ini adalah asam klorida . Oksidasi terhidrasi mudah larut, sedangkan magnetit dan hematite melarut agak lambat. Penambahan timah (II) klorida membantu dalam melarutkan oksida-oksida terhidrasi ini.
Salah satu metoda yang digunakan untuk analisi kadar besi dalam suatu sampel adalah titrasi permanganometri. Pada metoda ini digunakan KMnO4 sebagai larutan standar sekaligus sebagai indicator(autoindikator). Titik akhir saat terjadi perubahan warna KMnO4 dari ungu menjadi merahmuda.
3. Prosedur Kerja
3.1. Alat yang digunakan
· Buret 50 ml
· Erlemeyer 125 ml
· Hot plate
· Pipet takar 25 ml
· Pipet gondok 10 ml
· Gelas ukur 25 ml
3.2. Bahan yang digunakan
· Sampel
· H2SO4 (1:8)
· KMnO4 0,1 N
· H2C2O4.2H2O
· H3PO4 pekat
3.3. Cara Kerja
· Percobaan A
Standarisasi larutan kalium permanganate dengan asam oksalat
1. Timbang (analitis) 0,03 – 0,04 g asam oksalat kedalam erlemeyer 125 ml. Tambahkan 15 ml air suling sampai larut.
2. Tambahkan asam sulfat 15 ml (1:8)
3. Panaskan dalam hamper mendidih (70-80o)
4. Dalam keadaan panas titrasi dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda, yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
5. Hitung kenormalan larutan kalium permanganate anda
· Percobaan B
Menentukan konsetrasi Fe++
1. Pipet 10 ml larutan sampel besi dalam erlemeyer
2. Tambahkan 10 ml asam sulfat (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat
3. Titrasi dengan larutan KMnO4 yang konstentrasinay telah ditentukan
4. Hitung konstentrasi besi dalam sampel
4. Data dan perhitungan serta reaksi
· Percobaan A
Standarisasi larutan kalium permanganate dengan asam oksalat
No
Langkah Kerja
Pengamatan
Reaksi
1
Masukkan larutan KMnO4 ke dalam buret 50 ml
2
Timbang 0,03 – 0, 04 g asam oksalat kedalam erlemeyer. Tambahkan 15 ml air suling
H2C2O4
3
Tambahkan asam sulfat 15 ml
Setelah beberapa saat di pusingkan kedua larutan tersebut larut
H2SO4
4
Larutan tersebut dipanaskan
Larutan dipanaskan hingga (70 – 80o C)
5
Dalam keadaan panas titrasi dengan larutan KMnO4 tetes demi tetes
Setelah beberapa tetes larutan mengalami perbuhan warna menjadi warna merah muda
2 KMnO4 + 5 H2C2O4 + 3 H2SO4


2 MnSO4 10CO2 + 8H2O
5
Hitung kenormalan larutan kalium
Larutan KMnO4 terpakai sebanyak 2,8 ml saat warna larutan menjadi merah muda ketika volume KMnO4 2,8
Percobaan B
Menentukan konstentrasi FE++
No
Langkah kerja
Pengamatan
Reaksi
1
Masukkan 10ml larutan sampel besi dalam erlemeye
2
Tambahkan 10 ml asam sulfat (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat
H2So4 , H3PO4
3
Titrasi dengan larutan KMnO4
Warna kuning menghilang ketika Volume KMnO4 0,9 ml
8H+ + 5Fe2+ MnO4 -
5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
5. Pembahasan
1. Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O).
Mula-mula 0,035 ml H2C2O4 . 2H2O ditambahkan dengan 15 mL larutan asam sulfat (H2SO4) dan dipanaskan sampai suhu 70-80°C pada saat ini larutan tidak berwarna (bening). Setelah dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) menghasilkan larutan yang bewarna ungu .Dan berubah ke warna merah muda saat pemakaian KMnO4 sebanyak 2,8 ml . Dan pada saat itu titrasi harus dihentikan, karena ketika awal perubahan warna menjadi merah muda, berarti telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui: - massa H2C2O4 . 2H2O (Mr: 126) = 0,035 gr
-Volume KMnO4 yang terpakai = 2,8 ml = 2,8 x 10-3 L
Reaksi:
16H+ + 5C2O42- + 2MnO4- 10CO2+2Mn2++8H2O
Sehingga,
Mol H2C2O4 . 2H2O = = 0,000278 mol
Maka, mol KMnO4 =
Sehingga didapat, M KMnO4 = = 0,028 M
Jadi, konsentrasi KMnO4 adalah 0,028 M
2. Menentukan konsentrasi Fe2+
Mula-mula 10 ml larutan sampel besi ditambahkan 10 ml H2SO4 (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat. Pada keadaan awal ini campuran berwarna kuning. Setelah dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) yang telah ditentukan konsentrasinya, warna kuning menghilang ketika volume KMnO4 yang terpakai 1,1 ml. Dan pada saat itu titrasi harus dihentikan, karena ketika warna kuning menghilang, ini menunjukkan telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui: -volume KMnO4 yang terpakai =0,9 ml =0,9 x 10-3 L
-volume Fe2+ = 10 ml
Reaksi :
8H+ + 5Fe2+ + MnO4 - 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Sehingga,
Mol KMnO4 = 0,028 M x 0,9 x 10-3 L
= 0,0252 x 10-3 mol
Maka, mol Fe2+ = 5 x 0,0252 x 10-3 mol = 0,1260 mmol
[Fe2+] = = 0,01260 M
Dan, massa besi = 0,1260 mmol x 56 gr.mol-1 = 7,056 mg
Jadi konsentrasi besi dalam sampel adalah 0,01260 M
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi permanganometri ini adalah berdasarkan reaksi oksidaasi dan reduksi. Ini dikarenakan titrasi permanganometri ini merupakan bagian dari titrasi redoksometri.
2. Larutan kalium permanganat (KMnO4) adalah merupakan larutan standard sekunder karenanya harus dititrasi dengan larutan standard primer yaitu asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O).
3. Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan menggunakan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) didapatkan harga molaritas KMnO4 sebesar 0,028 M.
4. Kadar besi dapat dihitung dari hasil titrasi larutan sampel besi dengan larutan permanganate (KMnO4) yang konsentrasinya telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil titrasi ini di dapat kadar besi dalam sampel sebanyak 0,01260 M.
6.2. Saran
· Dalam titrasi permanganometri atau titrasi yang lain sangat dibutuhkan ketelitian dari kita untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
· Seabaiknya ketika titrasi sedang berlangsung, menggunakan alat dengan teliti


DAFTAR PUSTAKA
Iryani dan Edi Nasra . 2011 . Penuntun Pratikum Kimia Dasar 2 . Padang
LAMPIRAN
A. Pertanyaan sebelum praktikum
1. Apa judul dan tujuan praktikum?
2. - Apa prinsip titrasi permanganometri?
b. Buatkan persamaan reaksi yang terjadi!
c. Apa indicator yang digunakan?
Share
Kamis, 19 Mei 2011 0 komentar

Analisis Kualitatif Kation Golongan I

1. Tujuan

Setelah melakukan pratikum, diharapkan mahasiswa dapat :

· Mempelajari reaksi-reaksi spesifik kation golongan I

· Melakukan pemisahan terhadap kation golongan I dalam suatu sampel

2. Dasar teori

Dalam analisis Kualitatis sistematik kation kation dapat diklasifikasikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat sifat kation itu terhadap pereaksi tertentu. Dengan menggunakan pereaksi tersebut maka dapat ditetapkan ada atau tidaknya suatu kation dan dapat juga memisahkan kation kation untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation. Jenis dan konsentrasi pereaksi serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan kation menjadi beberapa kelompok. Suatu skema analisis standar untuk mengidentifikasi 25 kation dan 13 anion yang berbeda telah disusun. Skema analisis tersebut terus dikembangkan sehingga sekarang orang dapat memilih skema yang sesuai dengan kondisi yang ada dilaboratorium masing-masing. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk memodifikasi dan mengembangkan sendiri skema tersebut.

Tabel berikut ini menunjukkan kelompok kation dan pereaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif standar.

Golongan

Kation

Pereaksi pengendap/kondisi

1

Ag+, Hg+, Pb2+

HCl 6 M

2

Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+,Sn4+, Sb3+

H2S 0,1 M pada pH 0,5

3

Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+,Ni2+,Mn2+, Zn2+

H2S 0,1 M pada pH 9

4

Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+,K+, NH4+

Tidak ada pereaksi pengendap

golongan

Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan kation golongan I tersebut dari campuran sebagai garam klorida didasarkan fakta bahwa garam klorida dari golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5-1). Kation-kation dalam golongan I yang terdiri atas Ag+, Hg+, dan Pb2+. Garam klorida dari kation golongan I adalah: Hg2Cl2, AgCl, dan PbCl2. Pemisahan masing-masing kation tersebut dilakukan berdasarkan cara sebagai berikut:

1. PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan kelarutan kation. PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2 dan AgCl tidak dapat larut dalam air panas.

2. Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara kompleks Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk dengan penambahan amonia terhadap Hg2Cl2 dan AgCl setelah PbCl2 terpisah.

Kompleks Hg(NH2)Cl berbentuk endapan hitam yang bercampur dengan Hg+, sedangkan [Ag(NH3)2] tidak berbentuk endapan.

Identifikasi terhadap ketiga kation tersebut setelah terpisah adalah sebagai berikut:

1. Pb2+ dapat direaksikan dengan K2CrO4 yang akan membentuk PbCrO4 (endapan kuning).Pb2+ + CrO4- PbCrO4 (endapan kuning)

2. Ag+ dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya terhadap KI, sehingga terbentuk AgI (endapan kuning muda). Atau mengasamkan filtrat yang diperoleh dari pemisahan dengan asam nitrat encer, sehingga kiompleks [Ag(NH3)2] terurai kembali dan dihasilkan endapan putih AgCl.

[Ag(NH3)2] + KI -> AgI(endapan kuning muda) + 2 NH3

3. Hg (I) dapat diidentifikasi dari warna endapan yang terjadi pada pemisahannya dengan Ag+, adanya Hg22+ ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.

Hg2Cl2 + 2 NH3 -> [Hg(NH2)Cl + Hg] (endapan hitam) + NH4+ +Cl-

3. Prosedur Kerja

3.1. Alat

Sentrifus

Tabung Reaksi

Lampu Spiritus

Rak tabung reaksi

Kaca arloji

Botol reagen

3.2. Bahan

HCL 6 M dan 2 M

AgNO3, Hg3(NO3)2 dan Pb(NO3)2

K2CrO4 1 M

Nh4OH 2 M

H2SO4 2 M

HNO3 2 M

KI

3.3. Cara Kerja

1. 1/2 dari larutan asal ditambahkan 1 tetes HCL 6 M sampai tidak terbentuk endapan lagi. Selanjutnya dilakukan pemisahan pendapan endapan dengan larutan dengan pemusing .

2. Endapan yang mungkin terjadi mungkin mengandung endapan putih PbCl2 , Hg2Cl2, dan AgCl. Selanjutnya endapan dicuci dua kali dengan air yang mengandung HCl 2 M dan dipanaskan lalu segera dipusingkan.

3. Cuci endapan dengan air panas sampai air cucian tidak memberikan endapan dengan K2CrO4 1 M dimana tandanya Pb telah hilang dengan sempurna lalu tambahkan 1 ml NH­4OH.

4. Larutan mungkin mengandung PbCl, bagi larutan menjadi 2:

a. Tambahkan 1 tetes K2CrO4 1 M akan terbentuk endapan kuning .

b. Tambahkan 1 tetes H2SO4 2 M akan terbentuk endapan putih.

5. Endapan hitam yang terdiri dari HgNH2Cl + Hg menunjukkan adanya Hg2+

6. Larutan mungkin mengandung Ag(NH3)22+ bagi larutan menjadi 2:

a. Asamkan dengan HNO3 2 M akan terbentuk endapan putih.

b. Tambahkan beberapa tetes KI terjadi endapan kuning.

4. Data dan Perhitungan serta reaksi

No

Langkah Kerja

Pengamatan

Reaksi

1

1/2 dari larutan asal ditambahkan 1 tetes HCL 6 M sampai tidak terbentuk endapan lagi

Sampel tak berwarnaSampel tak berwarna

HCl tak berwarna, larutan ditetesi HCl sebanyak 1 tetes kemudian larutan mula-mula berwana putih lama kelamaan terbentuk endapan di dasar tabung

Sampel(aq) + HCl(aq) + Pb2+(aq)

2

Endapan yang terjadi mungkin mengandung endapan putih Pb(aq)

Terdapat endapan putih yang diduga mengandung Pb(aq)

Sampel + HCl(aq) + Pb(aq) PbCl2(aq)

3

Selanjutnya endapan dicuci dua kali dengan air yang mengandung HCl 2 M dan dipanaskan lalu segera dipusingkan.

Pada pencucuian I: larutan berwarna putih, ada endapan yang lolos penyaringan

Pada pencucian II: larutan berwarna putih dan tidak ada endapan yang lolos dalam penyaringan

Setelah pemanasan:

Endapan PbCl2 akan larut dengan kenaikan suhu


4

Larutan mungkin mengandung PbCl2

Larutan dibagi menjadi 2

5

Larutan a ditambahkan 1 tetes K2CrO4 1 M

Setelah dipusingkan terbentuk endapan berwarna kuning

Pb2+(aq) + K2CrO4(aq)

2 K+(aq) + PbCrO4(s)

6

Larutan b ditambahkan 1 tetes H2SO4 2 M

Setelah dipusingkan terbentuk endapan berwarna putih

Pb2+(aq) + H2SO4 (aq)

2 H+(aq) + PbSO4(s)

5. Diskusi dan Pembahasan

Pada percobaan ini diuji 10 ml sampel yang diduga mengandung kation golongan I yaitu Pb2+, Hg2+, dan Ag+. Terhadap sampel ini akan dilakukan pemisahan dan identifikasi agar diperoleh kation-kation golongan I.

Sampel yang diduga mengandung Pb2+, Hg22+, dan Ag+

Kemudian ke dalam sampel tersebut ditambahkan 1 tetes HCl 6M sampai terbentuk endapan. Setelah ditetesi HCL 6 M Mula-mula larutan berwarna putih , lalu membentuk endapan berwarna putih yang diduga mengandung Pb2+

Pb2+(aq) + HCl(aq) -> PbCl2(s) + H+(aq)

Endapan yang diperoleh kemudian dicuci dengan HCl 2M dan aquades masing-masing sebanyak dua kali. Pada pencucian pertama dengan HCl, larutan berwarna putih karena ada sebagian endapan yang ikut dalam HCl, namun pada pencucian kedua larutan tak berwarna dan tidak ada endapan yang lolos. Pada pencucian dengan menggunakan aquades baik pertama maupun kedua, tidak ada endapan yang lolos sehingga larutan tidak berwarna.Endapan yang sudah dicuci dengan HCl dan aquades . Larutan kemudian dididihkan, selama pendidihan larutan semakin jernih .

Kemudian larutan yang sudah jernih di bagi 2 :

a. Ditambahkan 1 tetes K2Cr2O4 1 M

b. Ditambahkan 1 tetes H2SO4 2 M

· Pada PbCl2 yang ditambahkan 1 tetes K2Cr2O4 1 M

diperoleh larutan berwarna kuning yang jika didiamkan akan terbentuk endapan berwarna kuning di dasar tabung reaksi. sesuai dengan persamaan reaksi :

Pb2+(aq) + K2Cr2O7(aq) PbCrO4(s) + K+(aq)

Hal tersebut membuktikan bahwa sampel mengandung kation Pb2+

· Pada PbCl2 yang ditambahkan 1 tetes H2SO4 2 M

diperoleh larutan berwarna putih yang jika didiamkan akan terbentuk endapan berwarna putih di dasar tabung reaksi. sesuai dengan persamaan reaksi :

Pb2+(aq) + H2SO4 (aq) PbSO4(s) + 2 H+(aq)

Hal tersebut membuktikan bahwa sampel mengandung kation Pb2+

Sampel (Ag+ , Hg+ , Pb2+ )

+ HCL

PbCl2 (endapan putih)

Dicuci dengan aquades + HCl 2 M 2 kali

Dididihkan dengan air 100o C



Pb2+(aq) Pb2+(aq)

+ K2Cr2O7(aq) +H2SO4 (aq)

PbCrO4(endapan kuning) PbSO4(s) (endapan putih)

6. Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kation golongan I dapat membentuk garam klorida jika direaksikan dengan Cl-. Senyawa yang terbentuk berupa AgCl, Hg2Cl2, dan PbCl2. PbCl2 dapat dipisahkan dari senyawa klorida Hg dan Ag dengan cara memanaskan campuran garam klorida sampai mendidih kemudian disaring. Pb2+ akan terlarut karena kation Pb2+ mudah larut dalam air panas dan asam klorida pekat.

2. Identifikasi kation golongan I dapat dilakukan dengan penambahan K2Cr2O7 yang dapat membentuk endapan berwarna kuning jika direaksikan dengan Pb2+, dan juga dengan H2SO4 yang akan membentuk endapan berwarna putih .

3. Berdasarkan data hasil pengamatan, secara kualitatif dapat dibuktikan bahwa sampel yang diuji mengandung kation golongan I Pb2+.

6.2. Saran

Pada pratikum kimia tersebut sebenarnya sudah sempurna . Cuman pada modul belum dijelaskan jumlah / banyak bahan yang diperlukan . contohnya pada sampel belum dijelaskan berapa ml sampel yang dipakai dan juga pada pencucian , berapa ml dipakai aquades , HCL , dah air panas yang di pakai untuk sekali pencucian.

Daftar Pustaka

· PENUNTUN PRATIKUM KIMIA DASAR 2 oleh Dra. Iryani, M.S dan Edi Nasra, S.Si., M.Si

Share
 
;