Dalam dunia pertambangan ini penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi minera-mineral yang terdapat pada kerak bumi . Download Lapisan Penyusun kerak bumi
Share
Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat"
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
1. Penyelidikan Umum
Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk mencari dan menemukan endapan bahan galian. Kegiatan penyelidikan umum dilakukan dengan tujuan mencari komoditas bahan galian tertentu maupun di lokasi tertentu, artinya penyelidikan hans difokuskan pada (tipe/jenis) bahan galian yang spesifik atau pada area yang spesifik (wilayah/Negara)
dan mempelajari keadaan geologi secara umum untuk daerah yang bersangkutan berdasarkan data permukaan.
2. Eksplorasi
Merupakan kegiatan lanjutan dari penyelidikan umum yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian tersebut yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik endapan bahan galian dan batuan samping.
Untuk tahap eksplorasi terdiri dari :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%),>
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
3. Studi Kelayakan
Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup.
4. Persiapan penambangan
Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan kantor, gedung, bengkel, dll.
5. Penambangan
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.
Tahapan Proses Penambangan
5. Pengolahan Bahan Galian
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau sebagai bahan baku untuk industri lain.
Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi ongkos pengangkutan.
Keuntungan dilakukan pengolahan bahan galian :
· Bila jarak antara tambang ke tempat peleburan jauh, dengan adanya pengolahan dapat mengurangi biaya transportasi.
· Untuk melebur perlu flux (bahan imbuh) untuk mengikat gangue mineral agar menjadi slag dan menurunkan titik lebur slag. Dengan adanya pengolahan kadar naik, gangue sedikit dan flux berkurang.
· Kapasitas terbatas, dengan adanya pengolahan, logam yang yang didapat dari hasil peleburan lebih banyak.
· Logam yang hilang bersama slag dengan adanya pengolahan menjadi sedikit.
Bahan galian berdasarkan industry dan pemanfaatannya :
· Bijih/ore (bahan galian logam)
a. Native = Bentuk unsure (Au, Cu)
b. Sulfide = Komposisi sulfida (galena Pbs, chalcopyrite CuFeS2)
c. Oksida = Komposisi oksida (hematite Fe2O3)
d. Kompleks = Lebih dari satu mineral berharga (Pb, Cu)
· Bahan bakar (bahan galian energy)
batubara, minyak, mangan
· Bahan galian industry (non mallic mineral)
Dimanfaatkan karena sifat kekuatan, kehalusan dan keindahan
Pentingnya Pengolahan :
1. Sekarang kadar banyak yang rendah
2. Banyak bahan substitusi
3. Masalah lingkungan
4. Daur ulang (scrap diolah)
7. Pengangkutan
Adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian tersebut.
8. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.
9. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup (reclamation).
10. Penghijauan (reclamation)
Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.
11. Kontrol (monitoring)
Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan, ataupun lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah ditambang.
Sejarah geologi karst dimulai pada zaman karbon (sebutan untuk sebuah masa di 354-290 juta tahun lalu) akhir, hingga Perm (290-248 juta tahun lalu) awal yang menimbulkan batuan tertua. Umumnya pada akhir masa Perm awal, terjadi aktivitas tektonik berupa pengangkatan dan pelipatan satuan sabak serta timbulnya sesar mendatar. Pada zaman Trias (248-206 juta tahun lalu) awal, terjadi proses susut laut yang membentuk morfologi batu gamping. Ini akan diikuti dengan intrusi ke permukaan yang menerobos batu gamping, hingga mengakibatkan batu gamping menjadi marmer. Akibat proses gaya-gaya geologi yang berpengaruh, akan terbentuk struktur rekahan yang disebut diaklas, yakni jalur resapan air permukaan dan membentuk morfologi karst. Hal ini akan terus terjadi, entah sampai kapan berakhirnya. Mengapa pembentukan gua sangat intensif di kawasan kars yang batuannya didominasi batu gamping / batu kapur / limestone? Hal ini sangat terkait dengan sifat batu gamping yang unsur utamanya adalah karbonat CaCO3 yang sangat reaktif terhadap larutan asam, khususnya larutan senyawa asam yang mengandung CO2. Walaupun secara kimiawi prosesnya sangat rumit dan kompleks, tetapi proses pelarutan batu gamping secara sederhana mengikuti persamaan reaksi berikut:
CaCO3 + H2O + CO2 Ca+ 2HCO3
Proses dengan panah bolak-balik tersebut menunjukan bahwa air yang mengandung senyawa asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat. Maka selain adanya proses pelarutan yang membawa partikel karbonat sehingga terjadi pelubangan dan pengguaan pada batu gamping, di tempat lain terjadi proses pengendapan karbonat berikutnya. Ini menerangkan proses selain terbentuknya gua itu sendiri, juga terbentuknya hiasan-hiasan gua (stalactite, stalagmite, flowstone, guardam, dll) yang merupakan hasil endapan karbonat dari pelarutan karbonat di tempat lain.
Namun demikian tidak sembarang batu gamping dan tidak sembarang tempat bisa membentuk gua. Gua batu gamping (yang berlorong panjang dan berliku-liku) umumnya berkembang akibat adanya proses pelarutan dan diperbesar oleh proses erosi / abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan pada batu gamping. Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup dan keberadaan air tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini. Selain itu batu gampingnya sendiri umumnya harus padat, murni karbonat dengan sedikit campuran partikel lain, berlapis baik dan dalam kedudukan mendatar / tidak miring terjal. Kondisi ideal di atas merupakan kondisi ideal bagi berkembangnya perguaan dan biasanya berkembang menjadi kawasan kars tyang luas. Contoh daerah yang mempunyai kondisi ideal tersebut antara lain di Pangandaran, Jawa Barat ; Karangbolong, Gombong Selatan di Jawa Tengah ; Gunung Sewu yang sangat luas mulai dari Yogyakarta, selatan Wonogiri Jawa Tengah hingga Pacitan di Jawa Timur, yang kemudian bahkan menerus ke Tulungagung dan Blitar. Di Sumatra kawasan kars cukup luas berada di Payakumbuh hingga Sawahlunto, di Kalimantan terdapat di Sangkurilang, Kalimantan Timur bagian utara, Sulawesi Selatan di Maros dan Toraja, serta di berbagai tempat di Papua.