Senin, 17 Oktober 2011

Batuan Beku



Tinjauan Umum Batuan Beku
Merupakan kumpulan mineral-mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis yang terbentuk dari pembekuan magma (kristalisasi magma). Magma sendiri merupakan larutan silikat panas yang mengandung senyawa oksida, sulfide dan gas-gas (volatile). Bila temperatur magma turun hingga mencapai titik beku, maka magma akan mulai mengkristal. Umumnya mineral-mineral yang sukar larut akan mengkristal dahulu kemudian diikuti mineral-mineral yang mudah larut.
Mineral utama pembentuk batuan mengkristal mengikuti suatu pola perurutan kristalisasi. Pola perurutan kristalisasi disebut deret Bowen. Tetapi walaupun demikian deret Bowen tidak selalu berlaku. Pada deret Bowen ditunjukkan bahwa mineral pertama terbentuk cenderung mengandung silica yang rendah. Pada seri menerus (continius) mineral terbenuk pertama adalah Plagioklas- Ca akan terus menerus bereaksi dengan larutan sisa magma selama proses pendinginan berlangsung, maksudnya disini adalah terus terjadi penggantian (substitusi) unsur Ca dengan unsur Na. Sedangkan pada seri yang tidak menerus (discontinius) terdiri dari mineral yang kaya unsur Fe dan Mg, disebut juga mineral Ferromagnesium. Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral Olivin kemudian dilanjutkan oleh pembentukan mineral selanjutnya dengan larutan sisa magma yang ada tanpa terjadi reaksi antara larutan sisa magma dengan mineral yang telah terbentuk. 
Ciri-ciri batuan beku :
1) Batuan yang memiliki kenampakan yang seragam disepanjang tubuhnya.
2) Bila batuan intrusi akan memotong (diskordan) atau sejajar (konkordan) dengan batuan sekitarnya.
3) Terdapat mineral-mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma seperti kuarsa, plagioklas, K-feldspar


Asal Batuan Beku Cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara ilmiah,bersifat mobile,bersuhu antara 9000-12000 atau lebih berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (vide F.F. GROUTS, 1947; TURNER dan VERHOOGEN, 1960;H.WILLIAM, 1962).
Komposisi magma dikontrol oleh elemen-elemen yang dapat berlimpah di bumi yaitu Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, H dan O. Karena anion O2-, maka umunya komposisi magma diekspresikan dalam oksida seperti SiO2, Al2O3, CaO, dan H2O.
Berdasarkan analisa kimia dari sample batuan beku terdiri dari :
1. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma sehingga merupakan mayor elemen, terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
3. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, Cr, S dan Pb.
(Bunsen 1951, vide W.T. Huang 1962), mempunyai pendapat ada dua jenis magma primer yaitu basaltic dan granitic, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
(Dailly Winkler, 1933, Vide W.T. Huang 1962), berpendapat lain yaitu magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi magmatik akan menjadi magma bersifat lain.
Magma basa bersifat lebih encer (vikositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi. Sedangkan magma asam adalah sebaliknya.

Reaksi Bowen Series
Evolusi Magma
a). Differensiasi magma Magma adalah cairan atau silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile, bersuhu antara 9000 – 11000 dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (Vide F.F. Grosts, 1974, Turner & Verhoogen, 1960, H. Williams, 1962).
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral tersebut tidak terbentuk bersamaan karena tergantung pada fase silikat dengan kondisi tertentu. Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperature dan kondisi tertentu.
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally, 1933, Winkler vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain, oleh proses-proses yang disebut :
 Hibridasi : ialah pembentukan magma baru, karena percampuran dua magma yang berlainan jenisnya.
 Sinteksis : ialah proses pembentukan magma karena proses asimilasi dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi magmatik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar menjadi batuan beku dengan komposisi yang bervariasi (W.THuang, 1962). Proses tersebut antara lain :
Fraksinasi : ialah pemisahan kristal dari larutan pada waktu terjadi pendinginan magma atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tidak dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru. Proses fraksinasi ini merupakan proses diferensiasi yang paling utama.
Gravitational settling : ialah pengendapan kristal-kristal oleh gaya gravitasinya, sehingga mineral yang berat akan memperkaya bagian dasarnya (waduk magma) dan posisinya berada dibawah mineral yang lebih ringan.
Liquid immisibility : ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksinasi larutan yang masing-masing membeku membentuk batuan yang heterogen.
Vesiculation : ialah suatu proses dimana magma yang mengandung CO2, SO2, H2O, sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-gelembung gas yang membawa serta komponen volatile seperti sodium dan potassium.
 Assimilasi
Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan sekitarnya wall rock. Jika magma yang menerobos kepermukaan temperaturnya lebih tinggi dari pada temperatur batuan sekitarnya tersebut hingga mempengaruhi komposisi magma tersebut. Hal ini sering terjadi terutama pada magma plutonik karena letaknya yang jauh dari permukaan bumi.

 Proses pencampuran magma
Maksudnya adalah dua batuan yang terbentuknya berbeda seperti batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapat juga dihasilkan dari campuran sebagian kristalin, yaitu kristalisasi magma. Contohnya adalah batuan basalt, andesit dan rhyolit di colorado dihasilkan dari pergantian erupsi yang cepat dari suatu lubang erupsi.
Komposisi Mineral Batuan Beku Ada tiga kelompok batuan beku menurut W.T. Huang, 1962, yaitu :
1. Mineral utama (Essential Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk langsung dari kristalisasi magma. Berdasarkan warna / magma dan densitasnya (H. Williams, 1982) dapat dikelompokkan menjadi :
a)      Mineral felsik : antara lain kuarsa, albit, feldspatoid.
b)      Mineral mafik : antara lain olivin, piroksin, amphibol.
2. Mineral sekunder (Secondary Mineral)

Merupakan mineral-mineral tambahan atau mineral ubahan dari mineral utama (hasil rekristalisasi magma) dapat juga hasil pelapukan, reaksi kimia atau hasil metamorfisme. Contoh : kalsit, magnesit, siderite, kaolin, serpentine.

3. Mineral tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, tetapi kehadirannya adalah dalam jumlah sedikit dan tidak menentukan nama dari sifat batuan. Contoh : hematite, kromit, muscovite.

Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau kenampakan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur tergantung pada kecepatan orde kristalisasi. Dimana keduanya sangat bergantung pada temperature, komposisi, kandungan gas, viskositas magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan suatu batuan.
Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan bagaimana proporsi antara massa kristal dan massa gelas didalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi yaitu :
 Holokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya massa kristal.Ø
 Hipokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun oleh massa kristal dan massa gelas.Ø
 Holohialin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya oleh massa gelas.Ø

Granularitas
Ukuran butir kristal dalam batuan beku dapat sangat halus yang tidak dapat dikenali meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat besar. Umumnya dikenal dua kelompok tekstur dan ukuran butir yaitu afanitik dan fanerik.
Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal dan dilihat dengan menggunakan mikroskop tetapi apabila tidak dapat dikenali disebut Kriptokristalin.
Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran yaitu :
 Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu§ < Sangat kasar, apabila ukuran diameter kristal§ Kasar, apabila ukuran diameter kristal 5mm – 30mm. § Sedang, apabila ukuran diameter kristal antara 1mm – 5mm. §1mm.  >30mm.
Derajat kristalinitas dan granularitas dipengaruhi oleh komposisi kimia magma yang dalam hal ini akan mempengaruhi viskositas, kecepatan pendinginan dan kedalaman sebagai fungsi tekanan. Magma dengan viskositas rendah dibawah tekanan tinggi, maka kristalnya akan tumbuh dengan baik dan sebaliknya untuk magma yang derajat viskositasnya tinggi serta dekat dengan permukaan. Dalam hal ini batuan holokristalin dengan ukuran butir sedang hingga kasar merupakan ciri untuk batuan plutonik, sedangkan untuk batuan kristalin halus, afanitik dan gelasan, terbentuknya akibat pendinginan yang cepat dan viskositas magmanya tinggi, yang khas terjadi pada magma ekstrusif, intrusif dangkal.

Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan antar butir kristal dalam batuan beku. Ditinjau dari pandangan dua dimensi / secara individu bentuk butir mineral atau secara individu bentuk butir mineral dibedakan atas :
a) Subhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
b) Euhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral tidak dibatasi oleh bidang kristal yang tidak sempurna.

Sedangkan fabric (kemas) dibedakan atas :
1) Granular atau equigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir yang relatif sama atau seragam, terdiri dari :
a) Panidiamorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya mempunyai ukuran butir relatif seragam dan euhedral.
b) Hipidiamorfik granular yaitu apabila sebagian besar mineralnya berukuran relative seragam dan subhedral.
c) Allotriamorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral.
2) Inequigranular, yaitu apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama, antara lain :
a) Porfiritik, yaitu tekstur batuan beku dimana kristal-kristal besar tertanam dalam massa dasar yang lebih halus, dapat berupa butir kristal berukuran halus.
b) Vitroferi, yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa gelas.
c) Porfiro afanitik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar afanitik
d) Felsoferik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa pertumbuhan bersama (intergrowth) antara feldspar dan kuarsa.
3) Tekstur khusus adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral-mineral yang berbeda, terdiri dari :
a) Ofitik, tekstur dimana plagioklas intergrowth dengan piroksin, dimana diameter butir plagioklas lebih kecil daripada piroksin.
b) Sub ofitik, sama dengan ofitik hanya diameter plagioklas lebih besar dari piroksin.
c) Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksin, disini piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksin.
d) Intergranular, tekstur dimana ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati oleh kristal-krisal piroksin, olivine atau bijih besi.
e) Intersertal, hamper sama dengan intergranular, hanya disini ruang antar plagioklas diisi oleh massa gelas, kriptokristalin ataupun mineral-mineral sekunder dan mineral tambahan.
f) Poikilitik, tekstur dimana suatu kristal besar / fenokris menginklusi mineral-mineral lain yang lebih kecil.
g) Trakhitik, tekstur dimana fenokris atau mikrolit alkali feldspar menunjukkan pola terarah / kesejajaran.
h) Hialopilitik, sama dengan trakhitik hanya disini ruang antar plagioklas diisi oleh gelas.
i) Pertit, tekstur dimana alkali feldspar tumbuh bersama dengan plagioklas (albit), dalam hal ini alkali feldspar berkembang lebih besar.
j) Antipertit, hamper sama dengan pertit, hanya disini plagioklas berkembang lebih besar.
k) Grafik, tekstur dimana alkali feldspar tumbuh bersama dengan kuarsa, disini kuarsa mempunyai bentuk butir seperti huruf kuno/ runcing.

Struktur
Struktur merupakan kenampakan tekstur dalam skala besar, yang dapat jelas di lapangan. Macam-macam struktur batuan beku adalah :
Massive yaitu struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
Pillow lava atau lava bantal yaitu merupakan struktur khas pada batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint yaitu struktur yang ditandai dengan adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi “columnar joint”.
Vesikuler yaitu merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.
 Scoria, seperti vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.
 Amikdoloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi mineral-mineral sekunder seperti : zeolith, karbonat dan bermacam silica.
Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma yang menerobos.
Klasifikasi Batuan Beku
Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, sehingga kadang-kadang satu batuan pada klasifikasi lain namanya bias berlainan pula. Dengan demikian seorang petrologi harus benar-benar mengerti akan dasar penamaan yang diberikan pada suatu batuan beku.
Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terjadinya
Batuan plutonik Yaitu batuan yang terbentuk jauh didalam perut bumi. Bentuk-bentuk batuan intrusi :

a. Konkordan
Merupakan suatu bentuk intrusi yang memiliki hubungan struktur yang selaras dengan batan sekitarnya, jenisnya antara lain :
1) Sill atau sheet yaitu batuan intrusi yang memiliki kedudukan yang sejajar dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya. Kedudukannya boleh horizontal, miring atau vertical.
2) Lakolit, yaitu batuan intrusi yang memiliki bentuk kubah dengan sudut kemiringan yang relative sama ke berbagai arah.
3) Pakolit yaitu batuan intrusi yang memiliki bentuk lensa dan melengkung keatas.
4) Lapolit yaitu batuan intrusi yang memiliki bentuk melengkung kebawah dan kebalikan dari pakolit.

b. Diskordan
Merupakan suatu bentuk intrusi yang memiliki kedudukan tidak selaras atau memotong batuan sekitarnya, jenisnya antara lain :
1) Dike yaitu intrusi yang berbentuk seperti tabung atau tabular dan memanjang.
2) Stock yaitu batuan intrusi yang memiliki dinding vertical dan penampang bulat.
3) Batholit yaitu batuan intrusi yang berukuran besar dan bentuk yang beragam.

Batuan Hipobisal Yaitu batuan yang terbentuk didalam perut bumi tetapi tidak jauh dari permukaan.
Batuan Vulkanik Yaitu batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Batuan plutonik dan hipobisal disebut juga batuan intrusive sedangkan batuan vulkanik disebut juga batuan ektrusif.

Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi

Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam geologi (C.J. Hughes, 1962), dan dibagi dalam empat golongan, yaitu :

1) Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2, contoh : granit, riolit.
2) Batuan beku intermedier, bila batuan beku tersebut mengandung 52% - 66% SiO2. contoh : diorite, andesit.
3) Batuan beku basa, bila mengandung 45% - 52% SiO2. contoh : gabro.
4) Batuan beku ultrabasa, jika mengandung kurang dari 45% SiO2. contoh : peridotit, dunit.

Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi

Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafik dan felsik. (S.J. Shand, 1943) membagi empat macam batuan, yaitu :

1) Leucrocatic rocks, mengandung kurang 30% mineral mafik.
2) Mesocratic rocks, mengandung 30% - 60% mineral mafik.
3) Melanocratic rocks, mengandung 60% - 90% mineral mafik.
4) Hipermelanic rocks, mengandung lebih 90% mineral mafik.

Sedangkan S. Jellis, 1948 membagi empat golongan pula yaitu :
1) Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang 10%
2) Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10 – 40%
3) Mafelsic, dengan indeks warna 40% - 70%
4) Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih 70%.

Klasifikasi yang Dipakai di Laboratorium Petrologi

Pengamatan megaskopis terutama dilakukan terhadap komposisi mineral dan kemas, maka klasifikasi yang dipakai mengikuti klasifikasi yang dikemukakan oleh (W.T. Huang 1962), yaitu berdasarkan kandungan kuarsa bebas atau silica serta kemas batuan tersebut. Disamping juga mempertimbangkan proporsi alkali feldspar dan plagioklas serta mineral utama lain. Klasifikasi lain yaitu dengan menggunakan segitiga (Streckeisen, 1974). Mengetahui nama batuan dengan cara menjumlahkn persen kuarsa, plagioklas dan orthoklas kemudian dibagi 100%. Hasil dari perhitungan tersebut di plot ke gambar segitiga, pertemuan dari ketiga titik tersebut adalah merupakan nama batuan yang didiskripsi.

Klasifikasi Batuan Beku
Tahap Penentuan Batuan Beku

Tahap pertama untuk pemerian batuan beku disini adalah dengan mengamati kehadiran kuarsa bebas serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan. Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuannya adalah batuan beku asam, sebaliknya jika kuarsanya kurang dari 10% maka jenis batuannya adalah kalau tidak intermedier kemungkinan lain adalah basa. Pada batuan jenis intermedier dicirikan dengana melimpahnya plagioklas basa, plagioklas asam relatih lebih cerah dibandingkan plagioklas basa. Tetapi pada kenyataannya secara megaskopis kita sulit untuk membedakan. Untuk membedakannya kita lihat persentase kandungan mineral mafic (yang utama). Bowen berpendapat bahwa batuan bsa mengandung mineral olivine dan piroksin lebih banyak disbanding mineral hornblende. Sebaliknya batuan menengah cenderung lebih banyak mengandung hornblende dibanding olivine dan piroksin. Namun kaedah ini tidak selamanya dipakai, terutama pada batuan beku vulkanik. Pada batuan beku menengah sering ditemukan piroksin seperti pada andesit piroksin dimana kehadiran piroksin melimpah, sehingga sulit dibedakan dengan basalt. Untuk itu praktikan kembali pada prinsip (W.T. Huang 1962) dimana untuk batuan beku menengah banyak mengandung plagioklas asam (lebih cerah) sedangkan batuan beku basa banyak mengandung plagioklas basa (lebih gelap).

Tahap Penamaan Batuan

Adapun tahap penamaan batuan beku didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya :
Seperti deskripsi yang dilakukan di lab petrologi hal yang pertama dilihat adalah warnanya. Apabila terang maka batuan tersebut termasuk kelompok batuan beku asam dan sebaliknya apabila batun maikn gelap kemungkinan termasuk kelompok batuan beku intermedier, basa sampai ultrabasa. Kemudian hal yang dilakukan lagi ialah melihat teksturnya antara lain yaitu derajat kristalisasi, granularitas dan hubungan antar butiranya serta tekstur khusus yang ada pada batuan tersebut. Keterangan tersebut dapat diperoleh dari melihat mineral yang terkandung.
 Mineral yang ada pada sebuah batuan yang didiskripsi dibuat persentase kehadirannya, pada kelompok batuan basa asam dominan yang haid adalah kuarsa, plagioklas, orthoklas dan sedikit kehadiran hornblende dan biotit. Kandungan SiO2 66%. Nama batuan yang dibentuk adalah :
Fanerik :
- granit (orthoklas >> plagioklas)
- granodiorit (plagioklas >> orthoklas)
- aplit (orthoklas >> plagioklas)
- granit pegmatite (orthoklas >> plagioklas)

Afanitik :
- rhyiolit (orthoklas >> plagioklas)
- dasit (plagioklas >> orthoklas)

Pada kelompok batuan beku intermedier dicirikan oleh warna yang cerah tetapi tidak secerah batuan asam. Kandungan komposisi mineralnya 52% - 66% dan mineral yang hadir adalah orthoklas, kuarsa dan plagioklas yang tidak melimpah seperti di batu asam kemudian hadirnya mineral hornblende dan biotit. Nama batuan yang dibentuk adalah :

Fanerik :
 - syenit (orthoklas >> plagioklas)
- diorit (plagioklas >> orthoklas)

Afanitik :
- trakhit (orthoklas >> plagioklas)
- andesit (plagioklas >> orthoklas)

Pada kelompok batuan beku basa dicirikan dengan warna agak gelap daripada intermedier dengan komposisi mineralnya 45% - 52%, kemudian mineral yang hadir adalah plagioklas basa yang melimpah, piroksin dan hornblende. Nama batuan yang dibentuk adalah :

Fanerik : - gabro (tekstur masiv)

Afanitik : - basalt (berongga)

Tekstur khusus : - diabas

Pada kelompok ultrabasa dicirikan dengan warna lebih gelap dari basa dan komposisi mineralnya adalah 45% dengan kehadiran mineral olivine, piroksin, biotit dan sedikit kuarsa dan nama batuan yang dibentuk adalah :
Fanerik : 
o Piroksinit apabila melimpahnya mineral piroksin
o Hornblendit apabila melimpahnya mineral hornblende
o Peridotit apabila melimpahnya mineral olivine dan piroksin
o Dunit apabila melimpahnya mineral olivine
o Serpentinit apabila melimpahnya mineral hasil ubahan piroksin dan olivine

Nama batuan tersebut dihasilkan dengan menggunakan table (W.T. Huang, 1962), tabel (segi tiga Streickesen, 1974) untuk jenis batuan beku asam, intermedier dan basa sedangkan untuk batuan beku ultrabasa ditentukan dengan mineral yang dominan ada dalam batuan tersebut.
Setelah nama batuan didapat hal terakhir yang didiskripsi adalah genesa batuannya, apakah terbentuk didalam, dekat permukaan atau diluar permukaan bumi. Apabila hal diatas sudah selesai dicari atau dianalisa maka pekerjaan diskripsi batuan telah selesai.

DAFTAR PUSTAKA


Fenton. 1940. The Rock Book. New York: Doubleday Company, inc.
Hamblin, W.K, Howard, J.D. 1964. Physical Geology 3rd Editon. Minnesota: Burgess
Publishing Company.

Noor, D., 2008. “Pengantar Geologi”, Universitas Pakuan, Bogor
Skinner, Brian. 1979. Rocks and Rock Minerals. Canada: John Wiley and Sons.
Soetoto, Ir. 2001. Geologi Dasar. Yogyakarta: Unpublished.
Travis B.R. 1955. The Rock Book. Quarterly of The Colorado School of Mines.
Batuan Beku.

http:// pendgeografiupi.co.cc/images/MATERI%20PELAJARAN

Share

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks buat semua yang sudah kasih komentar

 
;